Humas IAIN Parepare --- Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin membawakan Kuliah Umum pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare Tahun Akademik 2019/2020 di gedung Perpustakaan Lantai 5, Sabtu, 21/12/2019.
Dalam orasinya, Kamaruddin Amin mengulas peran strategis PTKIN dan intelektual Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pria berdarah Bugis ini menangkap fenomena kurang maksimalnya peran PTKIN sebagai rujukan masyarakat dalam menghadapi persoalan atau isu-isu keagamaan.
Kamaruddin Amin menilai masyarakat lebih tertarik kepada organisasi keagamaan seperti MUI, NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya dibandingkan kampus-kampus PTKIN. Pada hal, menurutnya, kampus PTKIN adalah gudangnya akademisi atau ilmuan yang memiliki otoritas keilmuan yang mumpuni.
"Mengapa kampus belum menjadi rujukan masyarakat? Ini adalah tantangan bagi kita di PTKIN" katanya. "Mungkin saja, karena kita belum menjadi akademisi atau intelektual publik populer," jelas Kamaruddin Amin. Untuk itu, Dirjen Pendis ini mengajak dosen IAIN Parepare memerankan peran sosiologis dan kulturnya secara maksimal dengan menjadi akademisi atau intelektual publik populer.
"Bagi seorang dosen, jangan hanya menjadi akademisi murni tetapi juga sebagai akademisi publik populer. Kedua-keduanya penting agar masyarakat dapat menikmati dan merasakan keilmuan kita. Jadi, jangan hanya menulis buku-buku teks yang hanya diajarkan dan dibaca ilmuan dan kalangan tertentu. Tetapi tulislah tulisan-tulisan populer terkait masalah publik, khususnya masalah agama, sosial, budaya atau kebangsaan yang memberi manfaat secara luas kepada masyarakat," urai Kamaruddin Amin.
Selain itu, Kamaruddin Amin juga mengingatkan pentingnya moderasi beragama. "Dalam konteks Indonesia hari ini, mainstreming relegion moderation sangat penting karena adanya gejala menguatnya kembali konservatisme idiologis," paparnya. Menurutnya, konservatisme idiologis ini menumbuhkan paham dan gerakan radikalisme.
Alumni IAIN Alauddin Makassar ini menuturkan ada tiga kelompok radikalisme di Indonesia yang perlu dimoderasi, yaitu kelompok radiklalisme idiologi, kelompok takfiri dan kelompok jihadis. "Kelompok radikalisme idiologi adalah mereka yang ingin mengganti idiologi negara. Mereka beranggapan pancasila dan sistem demokrasi yang dianut bangsa ini bertentangan dengan ajaran Islam" urai Kamaruddin Amin.
Kelompok lain, lanjutnya, adalah kelompok takfiri, yaitu kelompok yang selalu mengkafirkan orang lain yang memiliki pandangan atau pemahaman berbeda dengannya. Sementara kelompok jihadis yaitu kelompok yang memaknai jihad sebagai jalan berperang dalam menegakkan ajaran Islam. Ketiga kelompok inilah yang menurut Kamaruddin Amin yang perlu dimoderasi dan menjadi tantangan bagi intelektual publik populer.
Kuliah umum Program Pascasarjana ini, dihadiri Rektor, Dr. Ahmad S. Rustan, Direktur Pascasarjana, Dr. H. Mahsyar Idris, Para Wakil Rektor, Dr. Sitti Jamilah Amin, Dr. H. Sudirman L., dan H. Muhammad Saleh. Hadir juga sejumlah Dekan dan Pimpinan Fakultas, Dosen dan ratusan mahasiswa Pascasarjana IAIN Parepare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar