Buku Iqro Sudah Lama Memprediksi Terjadinya Virus Corona, Benarkah ?


Oleh : Musmulyadi, S.H.I.,M.M





Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Parepare





OPINI -- Beberapa pekan terakhir ini dunia dihebohkan dengan kabar Virus Corona yang telah menyebar dan mampu menyebabkan kematian. Persentase kematian mengenai virus corona sangat tinggi dan berbahaya sebab sudah mulai menjelajah di berbagai negara.





Menurut berbagai klaim yang menyebar, virus corona tersebut merupakan virus buatan pemerintah China yang disimpan di markas militer di Wuhan. Rencananya, virus itu akan disebarkan ke seluruh dunia demi menarik uang dari hasil penjualan vaksin.





Setelah dianalisa dan dilakukan kajian, diduga virus corona sengaja dibuat pemerintah China sebagai senjata biologis yang mematikan. Ada dugaan terjadi kebocoran penyimpanannya di markas militer di Wuhan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa hanya di Kota Wuhan korban pada berjatuhan seketika? Hal ini menimbulkan tanda tanya besar, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kebocoran virus corona mencemari udara kota Wuhan dan yang sempat menghirup jatuh dan mati seketika.





Ada juga pendapat Ahli yang mengatakan virus corona Wuhan berasal dari kelelawar karena lebih dari 75% penyakit yang muncul berasal dari hewan yang dinamakan penyakit “zoonosis” dengan artian penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia. Banyak juga orang yang tidak sependapat dengan hal tersebut, akan tetapi masyarakat Indonesia pun harus waspada agar tidak menjangkiti warga karena virus cepat menyebar dari manusia ke manusia.





Dalam pandangan Islam di dalam Al-Quran memang tidak ada disebutkan larangan memakan daging kelelawar secara eksplisit. Kalaupun ada yang mengharamkan, maka sesuatu yang haram boleh dimakan atau dipergunakan sepanjang kondisi yang darurat, dalam artian memang tidak ada lagi obat yang halal dan apabila tidak dipergunakan, maka penyakitnya akan menjadi lebih parah. Penyakitnya tidak akan bisa sembuh atau bahkan berakibat menjadi mati.





Tapi sepanjang masih ada obat atau alternatif yang lain, maka tidak ada rukhshoh, tidak pula ada toleransi.





Imam Syihabuddin mengatakan, “Apa yang dilarang dibunuh, berarti haram dimakan.” Sementara banyak orang yang menggunakan kelelawar ini sebagai obat penyakit sesak nafas atau asma. Namun semuanya berubah seketika dengan adanya virus corona, kelelawar yang dulunya disebut sebagai obat berubah menjadi pembawa virus.





Dengan kemunculan virus ini di Kota Wuhan China, banyak manusia yang mencocokologikan antara virus corona dengan Al-Quran. Padahal Agama kita ini adalah agama dalil bukan agama cocokologi “Tanpa Ilmu.”





Banyak warganet di media sosial yang mengatakan bahwa virus corona tercipta pada zaman pendusta yang sudah ada sejak zaman dulu. Begitu komentar salah satu dari akun media sosial.





Dapatkan berbagai berita update kampus dan opini menarik lainnya di www.iainpare.ac.id




Padahal yang mereka terjemahkan ini buku belajar membaca Al-Qur’an atau biasa kita sebut Iqra’, bukan buku bahasa arab yang bisa diartikan dan menjadi suatu kalimat. Jangan mencocoklogikan suatu yang tidak ada hubungannya apalagi yang berkaitan dengan agama, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.





“Qo-Ro-Na” itu artinya menemani, kalau virus yang lagi viral itu “Kurunaa” (dalam bahasa arab) pakai huruf “kaf” bukan “qof”. Bisa dilihat di berita-berita timur tengah “Kholaqo” itu artinya menciptakan, kalau diciptakan itu “khuliqo” pakai Fi'il Madhi Majhul.





Kadzaba juga fiil madhi yang artinya berbohong. Kalau mau diartikan sebagai "dusta/bohong" maka harus pakai mashdar "kadzibun", tidak boleh pakai fiil madhi. Ingat, bahasa arab itu tidak bisa sembarangan diterjemahkan. Salah harakat salah arti.





Salah satu korban dari cocoklogi (disinformasi) istri penyanyi religi yang menampilkan salah satu halaman di buku tersebut yakni di bagian huruf “nun”.





Di situ ada bacaan 'qorona' yang digarismerahkan. Istri sang penyanyi religi itu juga menggarismerahkan beberapa kata seperti 'khalaqo', 'zamana', dan 'kadzaba'. Keempat kata itu diartikan yang keseluruhannya ialah Virus Qorona tercipta pada zaman penuh dusta. “Tidak ada kata kecuali kata “Subhanallah” segalanya tiada ada yang kebetulan, yakinlah bahwa setiap kejadian di alam semesta ini baik itu ucapan, perbuatan, tulisan ada dalam kekuasaan dan pengetahuan Allah, karena tidak akan terjadi kecuali jika Allah tidak mengizinkan," tulisnya di Instagram.





Boleh saja setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa, bahkan tidak sedikit orang yang berbeda pendapat terkait persoalan virus ini. Namun sebenarnya masalah yang urgent sekarang bukan terletak pada penafsiran virusnya, tetapi bagaimana cara mengantisipasi agar virus ini tidak masuk ke Tanah Air.





Senada yang disampaikan oleh Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu bahwa, "Memperhatikan jumlah hoax terkait Virus Corona yang makin banyak ini, kita tentu sangat prihatin, jangan sampai energi bangsa kita malah justru fokus pada hoax Virus Corona ketimbang pada pemberitaan mengenai langkah pemerintah mencegah Virus Corona masuk ke wilayah Tanah Air kita."





Dilanjutkannya, Kominfo akan terus berusaha memerangi hoax dan disinformasi melalui internet, termasuk media sosial. Cyber patrol akan terus dilakukan, blokir hoax akan terus digencarkan. (*)





Editor : Alfiansyah Anwar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar